Entri Populer

Selasa, 17 Mei 2011

Pembelajaran Inovatif


Pembelajaran Inovatif Apa Artinya?
Oleh Suyatno
Diakses 17 Mei 2011 pukul 12.37

Saat ini, di kalangan guru, senantiasa berdengung istilah pembelajaran inovatif. Di mana-mana, inovatif menjadi barang yang diburu guru untuk diketahui, dipelajari, dan dipraktikkan di kelas. Seolah-olah, tanpa inovatif, dunia guru tidak harum namanya. Sebenarnya, pembelajaran inovatif itu apa?

Inovatif (innovative) yang berarti new ideas or techniques, merupakan kata sifat dari inovasi (innovation) yang berarti pembaharuan, juga berasal dari kata kerja innovate yang berarti make change atau introduce new thing (ideas or techniques) in oerder to make progress. Pembelajaran, merupakan terjemahan dari learning yang artinya belajar,atau pembelajaran. Jadi, pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas oleh pebelajar atas dorongan gagasan barunya yang merupakan produk dari learning how to learn untuk melakukan langkah-langkah belajar, sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar.

Pembelajaran inovatif juga mengandung arti pembelajaran yang dikemas oleh guru atau instruktur lainnya yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru agar mampu memfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil belajar.

Berdasarkan definisi secara harfiah pembelajaran inovatif tersebut, tampak di dalamnya terkandung makna pembaharuan. Gagasan pembaharuan muncul sebagai akibat seseorang merasakan adanya anomali atau krisis pada paradigma yang dianutnya dalam memecahkan masalah belajar. Oleh sebab itu, dibutuhkan paradigma baru yang diyakini mampu memecahkan masalah tersebut. Perubahan paradigma seyogyanya diakomodasi oleh semua manusia, karena manusia sebagai individu adalah makhluk kreatif. Namun, perubahan sering dianggap sebagai pengganggu kenyamanan diri,karena pada hakikatnya seseorang secara alamiah lebih mudah terjangkit virus rutinitas.

Padahal, di dalam pendidikan, banyak kalangan mengakui bahwa pekerjaan rutin cenderung tidak merangsang, membuat pendidikan ketinggalan zaman, dan akan mengancam eksistensi negara dalam perjuangan dan persaingan hidup. Rutinitas kinerja dapat bersumber dari beberapa faktor yang dianggap menghambat inovasi. Faktor-faktor yang dapat dikategorikan sebagai penghambat inovasi, adalah: keunggulan inovasi relatif sulit untuk dijelaskan dan dibuktikan, sering dianggap time dan cost consumming, pelaksanaan cenderung partial, complexity innovation sering menghantui orang untuk diam di jalan rutinitas, dan simplification paradigm dalam innovation dissemination berpotensi mengurangi keyakinan dan pemahaman bagi para praktisi terhadap inovasi.

Inovasi pembelajaran muncul dari perubahan paradigma pembelajaran. Perubahan paradigma pembelajaran berawal dari hasil refleksi terhadap eksistensi paradigma lama
yang mengalami anomali menuju paradigma baru yang dihipotesiskan mampu memecahkan masalah. Terkait dengan perkuliahan di perguruan tinggi, paradigma pembelajaran yang dirasakan telah mengalami anomali, adalah (1) kecenderungan guru untuk berperan lebih sebagai transmiter, sumber pengetahuan, mahatahu, (2) kuliah terikat dengan jadwal yang ketat, (3) belajar diarahkan oleh kurikulum, (4)kecenderungan fakta, isi pelajaran, dan teori sebagai basis belajar, (5) lebih mentoleransi kebiasaan latihan menghafal, (6) cenderung kompetitif, (7) kelas menjadi fokus utama, (8) komputer lebih dipandang sebagai obyek, (9) penggunaan media statis lebih mendominasi, (10) komunikasi terbatas, (11) penilaian lebih bersifat normatif. Paradigma tersebut diduga kurang mampu memfasilitasi siswa untuk siap terjun di masyarakat.

Paradigma pembelajaran yang merupakan hasil gagasan baru adalah (1) peran guru lebih sebagai fasilitator, pembimbing, konsultan, dan kawan belajar, (2) jadwal fleksibel,terbuka sesuai kebutuhan, (3) belajar diarahkan oleh siswa sendiri, (4) berbasis masalah,proyek, dunia nyata, tindakan nyata, dan refleksi, (5) perancangan dan penyelidikan, (6)kreasi dan investigasi, (7) kolaborasi, (8) fokus masyarakat, (9) komputer sebagai alat,(10) presentasi media dinamis, (11) penilaian kinerja yang komprehensif. Paradigma pembelajaran tersebut diyakini mampu memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di masyarakat.

Dalam proses pembelajaran, paradigma baru pembelajaran sebagai produk inovasi
seyogyanya lebih menyediakan proses untuk mengembalikan hakikat siswa ke fitrahnya
sebagai manusia yang memiliki segenap potensi untuk mengalami becoming process dalam mengembangkan kemanuasiaanya. Oleh sebab itu, apapun fasilitas yang dikreasi untuk memfasilitasi siswa dan siapapun fasilitator yang akan menemani siswa belajar, seyogyanya bertolak dari dan berorientasi pada apa yang menjadi tujuan belajar siswa. Tujuan belajar yang orisinal muncul dari dorongan hati (mode = inrtinsic motivation).

Paradigma pembelajaran yang mampu mengusik hati siswa untuk membangkitkan mode
mereka hendaknya menjadi fokus pertama dalam mengembangkan fasilitas belajar. Paradigma hati tersebut akan membangkitkan sikap positif terhadap belajar, sehingga
siswa siap melakukan olah pikir, rasa, dan raga dalam menjalani ivent belajar.
Marzano et al (1993), memformulasi dimensi belajar menjadi lima tingkatan, (1)sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar, (2) perolehan dan pengintegrasian pengetahuan baru, (3) perluasan dan penyempurnaan pengetahuan, (4) penggunaan pengetahuan secara bermakna, dan (5) pembiasakan berpikir efektif dan produktif. Lima
dimensi belajar tersebut akan terinternalisasi oleh siswa apabila mereka mampu melakukan oleh pikir, rasa, dan raga dalam belajar yang semuanya bersumber dari
dorongan hati yang paling dalam. Asas quantum teaching (Bobbi de Porter et al.,2001;Bobbi dePorter,2000)yang menyatakan:“bawalah dunia mereka ke dunia kita dan hantarkan dunia kita ke dunia mereka”, mungkin perlu diterjemahkan oleh para guru dalam mengembangkan fasilitas belajar yang mampu mengusik hati siswa untuk lebih bertanggung jawab terhadap belajarnya. Kompetensi tanggung jawab merupakan salah satu kompetensi sikap yang potensial dalam membangun kompetensi-kompetensi lainya,
seperti berpikir kreatif-produktif, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, belajar
bagaimana belajar, kolaborasi, pengelolaan dan/atau pengendalian diri. Kompetensikomepetensi tersebut mutlak diperlukan oleh siswa agar mampu menjadi manusia yang adatable, flexible, dan versatil dalam segala aspek kehidupan yang senantiasa berubah.
Diposkan oleh Dr. suyatno, M.Pd. di 13:26:00 http://img1.blogblog.com/img/icon18_email.gif

Konsep Pakem


Konsep Pakem-Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
oleh : Depdiknas
Diakses: 16 Mei 2011 pukul 13.55
A. Apa itu PAKEM?
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan.  Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut:
·         Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
·         Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
·         Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
·         Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

B. Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM?
1. Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif.
Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.
2. Mengenal anak secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran.
Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).
Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.
3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok.
Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.
4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir.
Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain.
Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam PEMBELAJARAN karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar.
Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.
7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa.
Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.
8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM.
Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAKEMenyenangkan.’
C. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM?
Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama PEMBELAJARAN. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru.
Kemampuan Guru
Pembelajaran
Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam.
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal:
Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
Gambar
Studi kasus
Nara sumber
Lingkungan
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan.
Siswa:
Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara
Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
Menarik kesimpulan
Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri
Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan.
Melalui:
Diskusi
Lebih banyak pertanyaan terbuka
Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.
Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.
Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
Guru mengaitkan PEMBELAJARAN dengan pengalaman siswa sehari-hari.
Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri.
Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
Menilai PEMBELAJARAN dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus.
Guru memantau kerja siswa
Guru memberikan umpan balik

Selasa, 10 Mei 2011

Berbicara di Depan Umum


Berbicara di Depan Umum (Public Speaking)
Oleh: Drs. Maryono, M.Pd. Dosen/Lektor Kepala FKIP Universitas Jambi

1.      Pendahuluan
Di Indonesia, keahlian Berbicara di Depan Umum (public speaking) maupun kemahiran-kemahiran lain yang serupa dan berkaitan, masih belum diterima luas sebagai suatu keahliah yang bergengsi bagi individu maupun instansi. Ini berbeda dengan negara-negara seperti Amerika Serikat atau bahkan Singapura, di mana kemahiran berbicara mendapat tempat yang unggul sebagai suatu keahlian. Padahal rata-rata empat puluh persen waktu manusia dihabiskan untuk berbicara di depan umum, utamanya dalam konteks karir dan profesional. Sayangnya meskipun budaya lisan mendominasi gaya hidup masyarakat Indonesia, pengembangan teknik berbicara secara strategis jarang sekali dimanfaatkan pada tatanan instansi maupun karir perorangan. Puluhan bahkan ratusan aktivitas komunikasi, mulai dari memo, percakapan telepon, instruksi langsung hingga rapat koordinasi terjadi setiap hari. Kemahiran komunikasi antar manusia yang handal dan efektif berperan penting bagi kelancaran dan kesuksesan suatu instansi.

Tulisan ini bermaksud memaparkan berbagai hal yang berkenaan dengan keterampilan berbicara di depan umum (public speaking). Pemaparan diawali dengan pengertian berbicara di depan umum (public speaking), kaitan antara berbicara di depan umum (public speaking) dengan komunikasi, faktor-faktor penting penentu keberhasilan berbicara di depan umum (public speaking), dan pedoman berbicara di depan publik. Harapan penulis, mudah-mudahan pemaran ini bermanfaat bagi para pembaca.

2.      Pengertian Berbicara di Depan Umum (public speaking)
Mengawali bahasan mengenai berbicara di depan umum (public speaking)), ada baiknya pada awal pertemuan ini kita bicara soal apa retorika dan berbicara di depan umum (public speaking). Retorika berasal dari bahasa latin Rhetorica yang berarti ilmu berbicara, mempunyai seni yang memiliki nilai-nilai tertentu, yang menurut Aristoteles, memiliki beberapa fungsi, di antaranya untuk menyampaikan instruksi, sebagai alat untuk memaksa orang berpikir. Pengertian berbicara di depan umum (public speaking), pada prinsipnya tidak berbeda dengan Retorika, hal ini dapat dilihat dari beberapa pengertian berikut ini. Public Speaking (PS) dan Retorika adalah suatu bentuk komunikasi. Dalam komunikasi itu komunikator menyampaikan ide atau gagasannya kepada khalayak tertentu. Kalau jaman dahulu belum ada media elektronik, maka reorika disampaikan secara tatap muka. Berbeda dengan jaman sekarang yang media elektronik berkembang dengan pesat, maka PS dapat disampaikan, baik secara tatap muka, maupu melalui media, baik cetak ataupun elektronik. Berbicara di Depan Umum (public speaking) dan retorika memiliki tujuan yang sama yaitu, memengaruhi orang lain dalam hal pengetahuannya (kognisi), perasaannya (afeksi) dan juga perilakunya (motorik atau behaviour). (BMP Public Speaking/SKOM4312 UT 2002)

Public Speaking Mastery Tantowi Yahya & Tubagus Wahyudi mengatakan bahwa Public Speaking adalah suatu rangkaian teknik yang dilatih, dipraktikkan, dan dimanfaatkan untuk berbicara di depan umum. Secara luas mencakup semua aktivitas berbicara di depan orang lain seperti rapat, presentasi, ceramah, pidato, membawakan acara, diskusi atau bahkan mengajar. Bermodal teknik berbicara di depan umum (public speaking) yang benar, berbicara dapat memberi manfaat yang konkrit yaitu memotivasi orang lain, mencapai saling pengertian, meraih kesepakatan, meningkatkan karir, bahkan mempunyai andil yang besar dalam meningkatkan penjualan dan meningkatkan keuntungan bisnis. Dengan Teknik Public Speaking yang benar, Anda akan mendapatkan lebih banyak kesuksesan dalam bidang yang Anda geluti.

3.      Berbicara di Depan Umum (public speaking) dan Komunikasi
Sebelum membahas berbicara di Depan Umum (public speaking) lebih jauh, kita tinjau pengertian komunikasi lebih dahulu. Dalam proses komunikasi, komunikator menyampaikan pesan dan komunikan memberikan umpan balik. Umpan balik ini dapat berisi hal yang positif sebagai tanda mengerti pesan yang disampaikan, atau hal yang negatif sebagai tanda salah mengerti, atau bertanya sebagai tanda tidak mengerti. Berbicara merupakan bagian dari komunikasi. Jika umpan balik dalam proses komunikasi itu lebih bersifat positif, berarti penyampaian pesan komunikator telah efektif. Dalam melakukan berbicara di depan umum (public speaking) tidak selalu ada kata sepakat namun selalu tercapai pengertian bersama (komunikan mengerti maksud komunikator dan sebaliknya, walau tidak setuju).

Supaya tepat sasaran dalam melakukan berbicara di depan umum (public speaking), hal-hal berikut ini harus diperhatikan:
a)      Kenali latar belakang komunikan, baik budayanya, sukunya, pendidikannya, pekerjaannya, hobinya, status sosialnya, kepentingannya maupun hal-hal yang nampaknya tidak ada artinya.
b)      Hilangkan / dekatkan kesenjangan-kesenjangan dengan cara mengubah diri, ikuti "arus" namun tidak sampai "hanyut" dan akhirnya perlahan-lahan mempengaruhi "arus".
c)      Ciptakan suasana yang menunjang, tergantung pada komunikan yang kita hadapi, pada umumnya mereka senang dengan keramahan / keakraban dan keterbukaan yang tidak sampai tahap mencampuri urusan orang lain.
d)     Tentukan maksud dan tujuan pembicaraan kita; sekedar pengisi waktu / obrolan ringan, diskusi, brainstorming, informasi, negosiasi, atau mempengaruhi orang lain.
e)      Arahkan materi pembicaraan dan gunakan strategi sesuaidengan tujuan pembicaraan yang telah ditetapkan.
f)       Gunakan kata-kata yang tidak menimbulkan pengertian ganda agar tidak membingungkan.
g)      Gunakan logika berpikir. Cobalah untuk kritis, kreatif, kembangkan pola pikir yang logis, dan sistematis. Biasakan bertanya mengapa, bagaimana, seandainya, .....
h)      Evaluasi terus secara sadar.

4.      Faktor Penting Penentu Keberhasilan Berbicara di Depan Umum (public speaking)

Widiawan (tanpa tahun) berpendapat bahwa Berbicara di Depan Umum (public speaking) yang berhasil, ditentukan oleh empat faktor penting, yaitu dengan "Mengatasi Hambatan Kepribadian", "Penggunaan Body Language Secara Tepat", "Metode Penyampaian yang Sistematis dan Tepat Sasaran", serta "Penggunaan Alat Peraga." Selain itu, tentu saja diperlukan persiapan yang mantap, pelaksanaan yang meyakinkan, feeling dan finishing touch yang manis. Berikut ini adalah penjelasan delapan komponen yang disebutkan di atas.

a). Mengatasi Hambatan Kepribadian
·         Pada umumnya, seseorang yang belum biasa berbicara di depan orang yang banyak akan gugup, gemetar, berkeringat dingin, gagap, tegang, sakit perut (mulas), salah tingkah, demam panggung yang biasa kita sebut "cemas". Kiat menghadapi kecemasan: (1)  Organisasikan bahan presentasi Anda, (2) Visualisasikan. (3)  Berlatih, (4)  Bernafas dalam-dalam, (5) Berfokus pada relaksasi, (6) Melepas ketegangan, (7) Kontak mata.




b). Penggunaan Body Language Secara Tepat
·         Bahasa isyarat dan gerakan tubuh merupakan hal penting namun sering dilupakan orang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah: (1) postur tubuh, (2) Perpindahan tempat, (3) Gerak isyarat, (4) Mimik wajah, (5) Mata yang bersinar. Hal -hal yang perlu dihindarkan: (1) memasukan tangan ke saku, (2) Tangan ditangkupkan di belakang punggung, (3) Lengan disedekapkan, (4) Bertolak pinggang, (5) Meremas-remas tangan.


c) Metode Penyampaian yang Sistematis dan Tepat Sasaran
·         Urutan presentasi: (1) pendahuluan, (2) Kalimat prepandangan, (3) Gagasan utama dan sub gagasan, (4) Keuntungan dari penyampaian materi, (5) Kalimat peninjauan, (6) Kesimpulan.
·          

d) Penggunaan Alat Peraga
    Alat peraga khususnya yang visual dimaksudkan untuk : (1) Memfokuskan perhatian audience, (2) Mengukuhkan pesan verbal, (3)  Merangsang minat, (4) Mengilustrasikan faktor-faktor yang sulit diverbalkan. Hal yang harus diingat adalah : alat peraga hanya sebagai alat bantu, jangan menjadi pusat perhatian. Interaksi dan hubungan anda dengan audience yang menentukan keberhasilan berbicara di Depan Umum (public speaking).

e) Persiapan
·         Faktor nonteknis seringkali tidak diperhitungkan namun membawa akibat fatal bila ternyata muncul tiba-tiba. Misalnya :(1)  penampilan (rambut, pakaian, sepatu, bau badan, (2) Fisik (kesehatan, makan dulu, minum glucose, buang air besar/kecil, cukup tidur, (3)  Latihan gaya, menghitung waktu, (4) Kesempurnaan berkas/bahan, transparan cadangan, spidol.(5) Ketersediaan alat peraga dan cadangannya, (6) Sound sytem, pengaturan tempat duduk, letak layar dan alat peraga, (7) Kreativitas.

f) Pelaksanaan yang meyakinkan
·         Intonasi suara, semangat, rasa percaya diri, keyakinan yang sempurna, rasa optimis, mataa yang berbinar, senyum dikulum, komunikatif, mengajak (berdialog dengan) seluruh audien, membangkitkan inspirasi, data yang akurat, peraga yang baik dan lain-lain sangatt memengaruhi keberhasilan berbicara di depan umum.
g) Perasaan (Feeling)
·         Otak manusia terdiri dari otak kanan dan otak kiri. Otak kiri berpikir hal-hal yang rasional, sedangkan otak kanan memikirkan hal-hal yang berbau seni dan mengandalkan perasaan, emosi dan nuansa-nuansa ketidak pastian. Dalam berbicara di depan umum, otak kanan juga harus difungsikan, tidak hanya otak kiri. Untuk apa? Agar kita dapat mengatasi gejala-gejalaa yang dapat merusak presentasi kita. Contoh: jam presentasi yang tidak tepat (membuat ngantuk), kebosanan karena acara yang monoton dan berlebihan, kelelahan, kurang minat dan sebagainya. Sebaiknya presentasi segera di break dengan humor, tanya jawab, demonstrasi alat atau visualisasi sesuatu yang merangsang minat. Selain itu ciptakan suasana yang hangat dan interaksi yang "hidup".

h) Sentuhan Akhir (Finishing Touch)
·         Setelah kesimpulan di akhir pembicaraan, ungkapkanlah tantangan, pertanyaan, penegasan, demo atau apa saja yang dapat audiene terpana, tercengang, berpikir, atau bahkan protes. Hal ini akan memberi kesan positif dan rangsangan untuk bertanya.
           

5.Pedoman Berbicara di Depan Publik
a) Kondisi Umum
·         Usahakan Anda terlihat oleh audiens
·         Pastikan suara Anda terdengar oleh seluruh audiens
·         Lakukan kontak mata
·         Katakan dengan wajah
·         Jangan tegang/menunduk, senyumlah dan tatap pendengar
b) Berbicara Efektif dan Menarik
·           Membangun rapport dengan audiens
·           Menarik perhatian dan minat audiens
·           Menyampaikan gagasan
·           Menyimpulkan: menguatkan gagasan utama yang disampaikan
·           Menutup Pembicaraan
c) Membangun Rapport
·         Berbagi identitas
·         Membangun pengalaman positif
·         Cross-matching harapan dan nilai audiens
·         Memunculkan humor yang sehat
d) Menarik Perhatian dan Minat Audiens
·         Hubungkan topik dengan audiens
·         Sampaikan pentingnya topik Anda
·         Kejutkan audiens dengan hal-hal tak terduga
·         Bangkitkan keingintahuan
·         Ajukan pertanyaan
·         Awali dengan kutipan
e) Menyampaikan Gagasan
·         Sampaikan ide Anda dengan antusias
·         Sesuaikan bahasa dengan audiens
·         Gunakan alat bantu yang sesuai
·         Selingi dengan humor, cerita, puisi, dll
·         Ajak keterlibatan peserta
f) Mendayagunakan Suara
·         Sampaikan ide dengan volume suara yang didengar oleh seluruh audiens, pilih kata yang tepat, pelafalan yang jelas, dan intonasi yang sesuai
·         Gunakan suara lantang untuk semangat, komando dan perintah. Suara lirih untuk hal penting
·         Variasikan kecepatan bicara untuk meningkatkan kepentingan pesan Anda. Variasikan dengan jeda yang sering, irama yang mantap, dan kalimat yang pendek
g) Gerakan Tubuh
·         Bergeraklah secara alami (Be Natural): jangan diam atau terlihat kaku
·         Gunakan gerakan tangan, langkah kaki, untuk memperkuat arti
·         Lakukan sedikit gerak untuk audiens, cukup ekspresi wajah dan gerakan tangan.Jika audiens banyak, perbanyak gerak
·         Untuk menjelaskan konsep abstrak, kurangi gerak dan bicaralah perlahan. Untuk topik ringan, perbanyak gerak
h)     Melibatkan Audien
·         Komunikasi perlu diadakan secara dua arah agar dapat saling memberi feedback
·         Menyerap informasi hanya melalui pendengaran hasilnya kurang optimal
i)        Yang Membuat Audiens Malas Terlibat
·         Sedikit kontak pribadi, tidak melakukan kontak mata, dan tidak memanggil dengan nama peserta
·         Membuat peserta pasif
·         Selalu mengkritik pertanyaan, usulan, jawaban, dan tingkah laku peserta
·         Membuat peserta merasa bodoh karena bertanya
j)       Teknik Mengajukan Pertanyaan
·         Ajukan satu pertanyaan dalam satu waktu
·         Hindari pertanyaan tertutup dan direktif
·         Pertanyaan harus terfokus, tidak kabur
·         Ajukan pertanyaan yang memungkinkan peserta menunjukkan kepandaiannya
·         Ajukan pertanyaan yang merangsang interaksi peserta
·         Perhatikan peserta yang diam
·         Tunggu jawaban beberapa saat
k)     Teknik Berespon terhadap Jawaban Peserta
·         Perhatikan jawaban verbal dan non-verbal
·         Variasikan respon untuk jawaban yang berbeda
·         Puji jawaban yang benar
·         Perbaiki jawaban yang salah dengan cara tidak mengkritik
l)        Mengakhiri Pembicaraan
·         Simpulkan pembicaraan
·         Akhiri dengan mengutip kata-kata bijak yang sesuai dengan tema Anda
·         Buat pertanyaan yang dramatis
·         Jika ide Anda berupa ajakan, beri semangat melakukannya

6.      Penutup
Hal-hal yang dipaparkan dalam tulisan ini bersifat teoretis. Para pembaca haruslah mencoba dan mempraktikkannya. Belajar dari kesalahan pada saat mencoba jauh lebih penting daripada tidak pernah mencobanya sama sekali.

Simpang III Sipin, Kota Jambi, 10 Mei 2011